You are currently browsing the tag archive for the ‘Limfoma Non-Hodgkin’ tag.

123rf.com

123rf.com

Limfoma adalah kanker dari sistem limfatik, yang meliputi kelenjar getah bening, limpa, dan organ lainnya, termasuk paru-paru, hati, atau saluran pencernaan. Secara umum, limfoma sangat dapat diobati, dan lebih dari 50 persen individu tetap hidup lebih dari lima tahun.

Limfoma ada dua kategori, yaitu Limfoma Non-Hodgkin dan Limfoma Hodgkin. Limfoma Non-Hodgkin adalah penyebab paling umum keenam dari kematian terkait kanker di Amerika Serikat, dan laju tingkat kematian menjadi berlipat ganda sejak tahun 1950. Bila tidak diobati, bentuk yang paling agresif memiliki prognosis yang sangat buruk, dengan tingkat kelangsungan hidup hanya dalam mingguan atau bulanan. Namun, dengan perawatan yang tepat, banyak dari jenis yang agresif dapat disembuhkan. Di sisi lain, jenis yang kurang agresif mungkin tidak memerlukan perawatan segera, tetapi jenis ini pada umumnya dianggap tidak dapat disembuhkan.

Penderita Limfoma Hodgkin memiliki tingkat kelangsungan hidup lebih dari 85 persen. Ada beberapa jenis dan semua umumnya diobati dengan cara sama dan memiliki hasil yang sebanding.

Gejala

Gejala-gejala dari kedua kategori limfoma termasuk demam, keringat malam, penurunan berat badan, kelelahan, dan gatal-gatal. Pembesaran kelenjar getah bening yang tidak menyakitkan adalah umum dan, dalam beberapa kasus, dapat menekan organ sekitarnya dan menyebabkan gejala lanjut (misalnya, kelenjar getah bening yang membesar menekan tenggorokan sehingga menyebabkan batuk).

Faktor Risiko

Limfoma Non-Hodgkin

  • Bertambahnya usia: Meskipun penyakit ini terjadi pada semua kelompok umur, tingkat kejadian meningkat secara dramatis setelah usia 50 tahun.
  • Riwayat keluarga: Individu dengan satu atau lebih kerabat tingkat pertama (misalnya orang tua, anak, saudara kandung) yang menderita penyakit ini, maka individu tersebut memiliki risiko dua kali lipat dari biasanya.
  • Sejarah paparan: Herbisida dan bahan kimia lainnya telah dikaitkan dengan peningkatan risiko.
  • Gangguan immunodefisiensi: Ini termasuk kondisi defisiensi imun (seperti infeksi HIV), imunosupresi kronis (seperti penggunaan steroid kronis), dan penyakit autoimun.
  • Agen infeksi: Infeksi virus dan bakteri telah dikaitkan dengan peningkatan risiko limfoma jenis tertentu.

Limfoma Hodgkin

  • Usia: Puncak insiden terjadi pada orang dewasa muda (usia 15 sampai 35 tahun) dan pada individu yang lebih tua dari 50 tahun.
  • Gender pria: Kondisi ini lebih sering terjadi pada laki-laki, terutama pada anak-anak dan orang dewasa muda.
  • Geografi: Insiden meningkat di daerah dengan pembangunan industri yang tinggi.
  • Genetika: Terdapat peningkatan risiko hampir 100 kali lipat pada kembar identik dan risiko sebanyak tujuh kali lipat bila memiliki saudara kandung dengan penyakit Hodgkin. Masih belum jelas apakah risiko kekeluargaan meningkat karena kerentanan genetik atau paparan lingkungan umum.
  • Agen infeksi: Beberapa asosiasi menyatakan adanya hubungan antara virus Epstein-Barr dengan penyakit Hodgkin. Penyebab jangkitan lainnya mungkin memainkan peran.
  • Menyusui: Dalam beberapa penelitian, menyusui telah dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit Hodgkin.

Diagnosa

  • Evaluasi dimulai dengan riwayat medis dan pemeriksaan fisik.
  • Tes darah juga akan dilakukan.
  • Diagnosis definitif ditegakkan dengan biopsi terhadap kelenjar getah bening.
  • Setelah diagnosis, pengujian lebih lanjut dilakukan untuk menentukan luasnya penyakit. Ini mungkin termasuk tes darah, CT scan dada, perut, dan panggul, dan biopsi sumsum tulang.

Pengobatan

  • Radiasi dan/atau kemoterapi adalah bentuk paling umum dari pengobatan.
  • Transplantasi sumsum tulang bersifat opsional bagi beberapa pasien.

Pola Makan Pencegah Limfoma

Beberapa studi penelitian telah membahas hubungan antara diet dan risiko limfoma. Faktor-faktor berikut telah berada di bawah studi untuk kemungkinan peran dalam mengurangi resiko:

  • shutterstock.com

    shutterstock.com

    Mengurangi atau menghindari asupan produk hewani: Dibandingkan dengan orang yang makan daging sapi, babi, atau domba kurang dari sekali per minggu, mereka yang makan makanan ini setiap hari memiliki lebih dari dua kali risiko terkena limfoma non-Hodgkin. Asupan makanan tinggi lemak jenuh, terutama hamburger dan daging merah lainnya, juga dikaitkan dengan sekitar dua kali risiko. Risiko limfoma menjadi satu setengah kali lipat lebih besar bagi orang-orang yang paling banyak minum susu, dibandingkan dengan mereka yang minum sedikit. Individu yang minum lebih dari dua gelas susu per hari memiliki tiga kali lipat resiko limfoma dibandingkan mereka yang minum kurang dari satu gelas per hari.

  • Mengurangi asupan lemak, terutama lemak trans: Bukti yang mengaitkan total asupan lemak dengan limfoma tidak sekuat seperti antara asupan lemak jenuh dengan penyakit ini. Namun demikian, asupan tinggi makanan dengan asam lemak trans (minyak terhidrogenasi parsial, seperti yang sering ditemukan dalam makanan yang digoreng, “makanan cepat saji”, beberapa margarin, dan makanan yang dipanggang secara komersial) terkait dengan 2,4 kali lipat risiko limfoma pada orang yang makan paling banyak lemak ini, dibandingkan dengan mereka yang makan sedikit. Individu yang makan total lemak paling banyak memiliki risiko 28 persen lebih tinggi terkena limfoma dibandingkan mereka yang mengonsumsi sedikit.
  • shutterstock.com

    shutterstock.com

    Meningkatkan asupan buah-buahan dan sayuran: Dibandingkan dengan wanita yang makan tiga porsi harian buah dan sayuran, mereka yang makan enam porsi atau lebih per hari memiliki risiko 40 persen lebih rendah terkena limfoma non-Hodgkin. Sayuran dapat sangat protektif: Wanita yang mengkonsumsi sayuran dua kali atau lebih dalam seminggu memiliki risiko 30 persen lebih rendah terkena limfoma non-Hodgkin, dibandingkan dengan wanita yang makan sayuran ini kurang dari dua kali per bulan.

  • Diet tinggi serat: Individu yang mengkonsumsi biji-bijian atau serat makanan dari buah-buahan dan sayuran paling banyak memangkas separuh risiko terkena limfoma non-Hodgkin, dibandingkan dengan mereka yang makan paling sedikit dari kelompok makanan ini.
  • Diet bebas gluten untuk individu dengan penyakit celiac: Pasien dengan penyakit celiac memiliki risiko lebih tinggi untuk beberapa jenis kanker, dan risiko untuk limfoma non-Hodgkin adalah sembilan kali lipat dibanding populasi umum. Risiko untuk kanker berkurang jauh dengan diet bebas gluten. Namun, risiko limfoma non-Hodgkin pada pasien ini masih enam kali lipat lebih besar daripada populasi umum.
  • Pemeliharaan berat badan yang sehat: Studi menunjukkan bahwa kelebihan berat badan secara signifikan dapat meningkatkan risiko limfoma non-Hodgkin. Risiko untuk limfoma terkait dengan obesitas telah berkisar dari satu setengah kali lipat lebih besar pada orang dengan obesitas (orang-orang dengan indeks massa tubuh lebih dari 30 kg/m2) dan dua kali lebih besar pada orang dengan obesitas sangat parah (dengan indeks massa tubuh lebih besar dari > 35 kg/m2), dibandingkan dengan individu yang memiliki berat badan normal.

Untuk informasi lebih lengkap, silakan kunjungi link Physicians Committee for Responsible Medicine (PCRM) berikut ini :

http://www.nutritionmd.org/consumers/oncology/lymphoma.html (Untuk masyarakat umum)

http://www.nutritionmd.org/health_care_providers/oncology/lymphoma.html (Untuk tenaga medis dan paramedis)

Physicians Committee for Responsible Medicine (PCRM) adalah organisasi nirlaba yang berbasis di Washington, DC., AS dan beranggotakan lebih dari 6.000 dokter yang tertarik dalam peran nutrisi pada kesehatan. Hubungi PCRM pada alamat berikut : Physicians Committee for Responsible Medicine, 5100 Wisconsin Ave., N.W., Ste.400, Washington DC, 20016, Phone: 202-686-2210     Email: pcrm@pcrm.org

Blog Stats

  • 524,283 hits

Online Visitors

Gempa Bumi dan Tsunami Terkait Pola Makan Daging

Download Buklet Vegan